Kamis, 14 Juli 2011

Menyusuri Lekuk Kapuas Menemukan Pengantin Yang Hilang di Meliau Kalimantan Barat

1 komentar:

  1. Sebuah legenda yang ada di Meliau namun tak banyak diketahui. Dari sungai kapuas membelah sungai Meliau menuju desa Madong, sambil bertanya pada masyarakat setempat akhirnya kutemukan batu pengantin itu setelah diantar seorang pemuda desa setempat.

    Menuju batu pengantin tidaklah mudah, aku harus berjalan selama satu jam melintasi hutan rakyat yang telah di tumbuhi belukar. Sambil ku sabit-sabit dengan kayu yang memang telah disiapkan, menyeberangi anak sungai yang berjebatakan sebatang kayu, menanjak dan menurun walau tidak terjal tetapi membuat badanku basah oleh keringat, maklum cuaca saat itu sedang panas sekali.

    Dalam belukar yang harus di sabit, ku temukan batu pengantin itu. “Hmmm bagaimana orang tahu kalo legenda ini tidak di rawat”, kataku pada temanku sambil meng-amini.

    Namun yang menarik dari batu pengantin adalah sebuah cerita tentang keserakahan manusia. Ulasannya seperti ini : Pada sebuah pesta pernikahan yang di lakukan secara besar-besaran dan sangat meriah yang di lakukan selama tujuh hari tujuh malam di tempat itu, para tamu berdatangan dari segala penjuru, semua jenis masakan di hidangkan, tak ada yang tak kebagian. Namun dalam beberapa hari datanglah seorang bocah yang meminta makan kepada tuan rumah yang sedang mengadakan pesta itu, karena berlimpah si bocah pun diberi sepiring makanan namun dalam sekejap di lahapnya habis dan minta kembali dan di berikan sepiring makanan lagi dan si bocah pun masih meminta kembali dan akhirnya di tuan rumah pengantin memberikan makanan berupa segumpalan makanan yang di sebutkan sebagai hati babi, karena keras akhirnya makanan itu di bawa pulang ke rumah.

    Sesampainya dirumah si nenek bocah itu melihat cucunya sedang menikmati makanan tersebut dan alangkah terkejutnya si nenek melihat cucunya makan dan ternyata yang dimakan adalah segumpal getah karet yang telah di gulung-gulung berbentuk hati, sambil mengambil makan itu dan marah si nenek mengucapkan mantra-mantra dari mulutnya dan dalam sekejap datanglah anjing-anjing hutan yang berbentuk mahkluk aneh yang kemudian menyerbu ke tempat pesta dengan gemuruh dan petir anjing-anjing siluman itu meluluhlantahkan suasana pesta dan hujan meratakannya, dalam beberapa saat setelah gemuruh dan hujan reda tampaklah suasana pesta berubah menjadi tumpukan batu yang dapat dilihat sebagai symbol sebuah pesta pernikahan dimana dalam lokasi terlihat sepasang batu pengantin, batu pelaminan dan batu-batu lainnya yang menguatkan suasana pesta kala itu.

    BalasHapus